A.
Riwayat Hidup Karl Marx
Nama lengkap
Marx adalah Karl Heinrich Marx, lahir di kota Trier atau bisa disebut dengan
Traves sebuah daerah yang termasuk kawasan Rheilan Jerman pada tanggal 5 Mei
1818. Kedua orang tuanya keturunan pendeta-pendeta Yahudi. Ayahnya, termasuk
golongan menengah dan menjadi pengacara ternama di Traves. Sedangkan ibunya
adalah putera seorang pendeta belanda yang berbangsa yahudi juga.
Pada
tahun 1824, ketika Marx berusia 6 tahun , seluruh keluarganya mengalami converse
(perpindahan) agama dari yahudi ke kristen protestan. Peristiwa ini membekas
pada perjalanan hidup Marx. Dengan perpindahan agama, Marx turut berubah
keyakinan pula dari bertuhan Yohava yang Esa kepada keyakinan trinitas. [1]
Pada masa kecilnya, Marx memiliki julukan
yang bernama “si Maroko” dikarenakan Mark memiliki kulit hitam, mata cekung
tapi bersinar dengan tajam, sejenis bangsa yang mendiami Afrika Barat Laut.[2]
Marx menikah
dengan tetangganya sendiri yaitu Yenni, anak dari baron van Westphalen.
Kemudian ia belajar hukum di bonn dan berlin. Ketika di Berlin ia tertarik
kepada filsafat idealisme Hegel. Setelah meraih gelar foktor dalam filsafat
kemudian ia memilih kegiatan dalam bidang jurnalisme. Dan ia menjadi wartawan
di Koln dan pindah ke Paris. Semenjak itu dia bertemu dengan Friederich Engels
(1820-1893).[3]
Marx
meninggalkan gagasan-gagasan yang berpengaruh. Erich Fromm menyatakan bahwa
tidak ada pikiran yang banyak disalah pahami dan didistorsikan seperti yang
terjadi pada pikiran-pikiran Marx. Namun demikian, setelah Marx dipandang
sebagai “iblis” oleh kaum anti sosialis, dan sebaliknya “diberhalakan”
disebut-sebut dan disembah-sembah oleh orang Soviet, muncul sebuah gelombang
baru yang menyebar di Eropa dan amerika untuk melakukan kajian dan penelitian
terhadap pikiran Marx. Gelombang baru ini kemudian memunculkan kebangkitan kembali
pemikiran-pemikiran Marx. Akibatnya Marx kemudian sebagai pemikir yang seolah
bangkit dan hidup kembali. Dan pada tahun 1883 Marx meninggal.[4]
B.
Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Karl Marx
Pemikiran Marx dipengaruhi oleh beberapa tokoh, yaitu:
1.
G.W.F.Hegel (1770-1831)
Karl Marx
sangat tertarik dengan pemikiran besar seperti idelisme spiritualistik dan
dialektika yang dikembangkan oleh Hegel. Hegel sangat mengutamakan rasio, namun
rasio yang dimaksud bukanlah yang terdapat pada individu, akan tetapai rasio
yang terletak pada subjek absolut. Inti dari idealsme Hegel mengambil
keseluruhan realitas dengan suatu subjek. Rumusan ini terkenal dengan “all
that is real is rational, and all that rasional is real”.[5] Maksdunya yaitu bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas.
Segenap realitas adalah proses idea (pemikiran) yang memikirkan dirinya sendiri
(das Ding an Sich). Jadi rasional disini bukan empiris, sebab yang
bersifat empiristidak tepat dikatakan rasional. Hal empiris hanya bagian
aksidental dari keseluruhan (the whole), sedangkan keseluruhan adalah suatu
yang bersifat mutlak.[6]
Hegel
berpandangan bahwa, pertama, evolusi manusia dan masyarakat dilandasi
oleh proses dialektika antara tesis melawan antitesis dan menghasilkan sintesis
yang berbeda dengan tesis maupun antitesis. Hegel sendiri tidak menggunakan
istilg tesis-antitesis-sintesis. Akan tetapi ia memakai terma penyangkalan atau
“negativitas” untuk menggambarkan keadaan yang menyedihkan akibat ketertutupan,
kenestapaan dan kesengsaraan. Negativitas adalah penyebab terjadinya aliensai
individu. Negativitas sebuah keadaan yang bertolak belakang dengan
“positivitas” keadaan yang ditandai dengan harmoni, kemapanan, keseimbangan dan
kebebasan. Dalam hal ini, Hegel mencoba menyadarkan bahwa positivitas itu hanya
bermakna karena dilatari oleh negativitas. Gerak penyangkalan atau negativitas
terhadap kondisi negativitas itu sendiri adalah sebuah positivitas.[7]
Kedua, hegel
melihat bahwa kesadaran ditentukan oleh ide (pikiran) “saya sadar maka saya
ada”. Perjuangan terus menerus antara ide yang ada dan bentuk sosial serta
semua yang akan ada merupakan unsurdasar dasar dalam perubahan sosio budaya.
Individu dan masyarakat secara bertahap mengatasi dirinya dan mencapai tingkat
kesadaran diri yang lebih tinggi. Oleh karena itu kemudian disebut idelisme
spiritualisme.[8]
2.
L.A. Feurbach (1804-1872)
Marx juga
dipengaruhi oleh Feuerbach yang berpendapat bahwa manusia dalam inti hakikatnya
ditentukan oleh material, bahkan Tuhanpun merupakan ide dari manusia. Semboyan
yang terkenal dari filosof bernama lengkap Ludwig Andreas Feurbach kelahiran
Landshut, Jerman, 1804 adalah homo homini deus (manusia itu Allah untuk
sesama manusia).[9]
Feuerbach memandang
pemikiran Hegel sebagai puncak rasionalisme modern. Metode dialektika Hegel
diakui Feuerbach sebagai metode yang mengandung pembebasan manusia dari
belenggu yang mengikatnya melalui penyadaran yang berjalan secara terus
menerus. Pandangan Hegel ini mengatakan jika manusia ingin menjadi dirinya sendiri
maka ia harus menjadi obyek bagi dirinya sendiri.
Namun bagi Feuerbach pembebasan melalui metode dialektika
ini tidak mencukupi karena pikiran adalah tesis sedangkan penampakan yang
merupakan kenyataan bagi Hegel letaknya juga ada dalam pikiran. Bagi Feuerbach
materilah yang menjadikan semua menjadi nyata. Feuerbach berseberangan dengan
idealisme yang dianut Hegel, karena menurutnya bukan ide yang mendahului alam
tetapi alamlah yang mendahului ide, sehingga perubahan tidaklah cukup hanya
menggunakan metode dialektika Hegel karena dialektika seharusnya merupakan
materialisasi.[10]
C.
Teori Karl Marx
1.
Perubahan merupakan gejala
yang melekat pada setiap masyarakat
2.
Konflik adalah gejala yang
selalu melekat setiap saat
3.
Setiap unsur dalam masyarakat
memberikan sumbangan bagi terjadinya disentergrasi dan perubahab sosial
4.
Setiap masyarakat terintegrasi
di atas penguasaan atau dominasi yang dilakukan oleh sejumlah orang terhadap
sejumlah orang lainnya
Dari
asumsi dasar itu teori konflik kemudian mengajukan proposisi yang dapat
dielaborasasi menjadi sebuah strategi konflik yang dapat digambarkan sebagai
berikut :
1.
Kehidupan sosial pada dasarnya
merupakan arena konflik diantara kelompok-kelompok yang bertentangan
2.
Sumber-sumber daya ekonomi dan
kekuasaan politik merupakan hal yang penting yang diperebutkan oleh berbagai
kelompok
3.
Akibat tipikal dari konflik
memunculkan pembagian masyarakat menjadi kelompok determinan secara ekonomi dan
kelompok yang yang tersubordinasi
4.
Pola-pola sosial dasar suatu
masyarakat sangat ditentukan oleh pengaruh sosial dari kelompok yang secara
ekonomi merupakan kelompok yang determinan
5.
Kelompok dan konflik sosial di
antara berbagai masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan yang menggerakkan
perubahan sosial
6.
Konflik merupakan ciri dasar
kehidupan sosial, maka perubahan sosial menjadi hal yang umum dan sering
terjadi
Karl Marx Mengemukakan
teorinya berdasarkan atas sejarah perkembangan masyarakat dimana perkembangan
itu melalui lima tahap, yaitu[12] :
1. Masyarakat Primitif
2. Masyarakat Perbudakan
3. Masyarakat Feodal
4. Masyarakat Kapitalis
5. Masyarakat Sosial
Proses perkembangan itu terjadi :
1.
Masyarakat Komunal Primitive
(Primitive Conmund).
Dalam
tahap ini masyarakat menggunakan alat-alat untuk bekerja yang sifatnya masih
sangat sederhana. Alat-alat ini bukan milik perseorangan tetapi milik komunal
(milik bersama).Dalam masyarakat ini tidak ada surplus produksi di atas
konsumsi karena orang yang membuat sendiri barang-barang atas kebutuhan
sendiri, tetapi makin lama orang sedikit demi sedikit mengetahui alat-alat
produksi yang lebih baik. Perbaikan dalam alat-alat produksi menyebabkan adanya
perubahan-perubahan sosial dan kemudian terjadi pembagian kerja dalam produksi
2. Masyarakat Perbudakan
Hubungan
produksi antara orang-orang yang memiliki alat-alat produksi dengan orang-orang
yang hanya bekerja untuk mereka merupakan dasar terbentuknya masyarakat
perbudakan. Dengan cara seperti ini keuntungan para pemilik alat produksi
semakin besar karena budak-budak hanya diberi sekedar nafka supaya dapat
bekerja.
3. Masyarakat Feodal
Masyarakat
feodal ini merupakan masyarakat baru yaitu dimanan kaum bangsawan memiliki
alat-alat produksi yang paling utama yaitu Tanah, para petani kebanyakan
terdiri dari bekas budak yang dibebaskan. Mereka mengerjakan tanah itu untuk
kaum feodal dan setelah itu baru tanah miliknya sendiri dapat dikerjakan.
Perbaikan-perbaikan alat dan cara produksi banyak terjadi dalam system ini
dengan demikian ada dua golongan kelas yaitu :
·
Kelas Feodal yang terdiri dari
tuan-tuan tanah yang lebih berkuasa dalam hubungan sosial.
·
Kelas buru yang bertugas
melayani mereka.
Kepentingan
kedua kelas ini berbeda-beda. Kelas feodal lebih memikirkan keuntungan saja dan
kemudian mendirikan pabrik-pabrik. Kelas buruh yang memiliki alat-alat produksi
menghendaki pasaran buru yang bebas dan hapusnya tarif dan rintangan lainnya
dalam perdagangan yang diciptakan kaum feodal.
4. Masyarakat Kapitalis
Kelas
kapitalis memperkerjakan kelas buruh yang mau tidak mau menjual tenaganya
karena tidak memiliki alat produksi seperti telah disinggung bahwa kelas
kapitalis dan kelas buruh merupakan dua kelas dalam masyarakat yang kepentingannya
saling bertentangan.
5. Masyarakat Sosial
Dalam
system sosialis, pemilikan alat-alat produksi didasarkan atas hak milik sosial
(Social ownership). Hubungan produksi merupakan hubungan kerjasama dan saling
membantu di antara buruh yang bebas dari unsur eksploitasi. Sistem ini memberi
kesempatan kepada manusia untuk maju baik dilapangan produksi maupun didalam
kehidupan masyrakat.
Masyarakt
menurut Marx terdiri atas kekuasaan yang mendorong perubahan sosial sebagai konsekuensi
dari ketegangan dan perjuangan hidup. Konflik adalah induk segala-galanya, oleh
karenanya konflik sosial merupakan inti dari proses sejarah. Menurutnya,
kekuatan motivasi dalam sejarah adalah hal-hal yang menempatkan manusia
berhubungan dengan orang lain dalam perjuangan terus-menerus untuk memenangkan
pertarungannya dengan alam. Marx mengikuti Montesquieu dan Hegel, yang
membawanya untuk peduli terhadap pandangan bahwa masyarakat merupakan satu
kesatuan menyeluruh.
[1]
Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, (Yogyakarta:
LkiS),2000,cet I, hlm 34.
[2] Ibid, hlm 35.
[3] Narasi Agung, Tiga Teori Sosial Hegemonik , (Surabaya:
LPAM),2003, cet II, hlm 134.
[4] Ibid, hlm 135.
[5] (seluruh yang real bersifat rasional dan yang rasional bersifat
real).
[6] Andi Muawiyah Ramly, Peta pemikiran Karl Marx, hlm 44.
[7] Narasi Agung, Tiga Teori Sosial Hegemonik ,hlm 141.
[8] Ibid.
[9]
Ibid, hlm 143.
[11]
Narasi Agung, Tiga Teori Sosial Hegemonik ,hlm 147.
[12]
http://www.abdulkadirsalam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar