Selasa, 20 November 2012

KARL HEINRICH MARX



A.     Riwayat Hidup Karl Marx
Nama lengkap Marx adalah Karl Heinrich Marx, lahir di kota Trier atau bisa disebut dengan Traves sebuah daerah yang termasuk kawasan Rheilan Jerman pada tanggal 5 Mei 1818. Kedua orang tuanya keturunan pendeta-pendeta Yahudi. Ayahnya, termasuk golongan menengah dan menjadi pengacara ternama di Traves. Sedangkan ibunya adalah putera seorang pendeta belanda yang berbangsa yahudi juga.
Pada tahun 1824, ketika Marx berusia 6 tahun , seluruh keluarganya mengalami converse (perpindahan) agama dari yahudi ke kristen protestan. Peristiwa ini membekas pada perjalanan hidup Marx. Dengan perpindahan agama, Marx turut berubah keyakinan pula dari bertuhan Yohava yang Esa kepada keyakinan trinitas. [1]
Pada masa kecilnya, Marx memiliki julukan yang bernama “si Maroko” dikarenakan Mark memiliki kulit hitam, mata cekung tapi bersinar dengan tajam, sejenis bangsa yang mendiami Afrika Barat Laut.[2]
Marx menikah dengan tetangganya sendiri yaitu Yenni, anak dari baron van Westphalen. Kemudian ia belajar hukum di bonn dan berlin. Ketika di Berlin ia tertarik kepada filsafat idealisme Hegel. Setelah meraih gelar foktor dalam filsafat kemudian ia memilih kegiatan dalam bidang jurnalisme. Dan ia menjadi wartawan di Koln dan pindah ke Paris. Semenjak itu dia bertemu dengan Friederich Engels (1820-1893).[3]
Marx meninggalkan gagasan-gagasan yang berpengaruh. Erich Fromm menyatakan bahwa tidak ada pikiran yang banyak disalah pahami dan didistorsikan seperti yang terjadi pada pikiran-pikiran Marx. Namun demikian, setelah Marx dipandang sebagai “iblis” oleh kaum anti sosialis, dan sebaliknya “diberhalakan” disebut-sebut dan disembah-sembah oleh orang Soviet, muncul sebuah gelombang baru yang menyebar di Eropa dan amerika untuk melakukan kajian dan penelitian terhadap pikiran Marx. Gelombang baru ini kemudian memunculkan kebangkitan kembali pemikiran-pemikiran Marx. Akibatnya Marx kemudian sebagai pemikir yang seolah bangkit dan hidup kembali. Dan pada tahun 1883 Marx meninggal.[4]

B.     Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Karl Marx
Pemikiran Marx dipengaruhi oleh beberapa tokoh, yaitu:
1.      G.W.F.Hegel (1770-1831)
Karl Marx sangat tertarik dengan pemikiran besar seperti idelisme spiritualistik dan dialektika yang dikembangkan oleh Hegel. Hegel sangat mengutamakan rasio, namun rasio yang dimaksud bukanlah yang terdapat pada individu, akan tetapai rasio yang terletak pada subjek absolut. Inti dari idealsme Hegel mengambil keseluruhan realitas dengan suatu subjek. Rumusan ini terkenal dengan “all that is real is rational, and all that rasional is real”.[5] Maksdunya yaitu bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Segenap realitas adalah proses idea (pemikiran) yang memikirkan dirinya sendiri (das Ding an Sich). Jadi rasional disini bukan empiris, sebab yang bersifat empiristidak tepat dikatakan rasional. Hal empiris hanya bagian aksidental dari keseluruhan (the whole), sedangkan keseluruhan adalah suatu yang bersifat mutlak.[6]
Hegel berpandangan bahwa, pertama, evolusi manusia dan masyarakat dilandasi oleh proses dialektika antara tesis melawan antitesis dan menghasilkan sintesis yang berbeda dengan tesis maupun antitesis. Hegel sendiri tidak menggunakan istilg tesis-antitesis-sintesis. Akan tetapi ia memakai terma penyangkalan atau “negativitas” untuk menggambarkan keadaan yang menyedihkan akibat ketertutupan, kenestapaan dan kesengsaraan. Negativitas adalah penyebab terjadinya aliensai individu. Negativitas sebuah keadaan yang bertolak belakang dengan “positivitas” keadaan yang ditandai dengan harmoni, kemapanan, keseimbangan dan kebebasan. Dalam hal ini, Hegel mencoba menyadarkan bahwa positivitas itu hanya bermakna karena dilatari oleh negativitas. Gerak penyangkalan atau negativitas terhadap kondisi negativitas itu sendiri adalah sebuah positivitas.[7]
Kedua, hegel melihat bahwa kesadaran ditentukan oleh ide (pikiran) “saya sadar maka saya ada”. Perjuangan terus menerus antara ide yang ada dan bentuk sosial serta semua yang akan ada merupakan unsurdasar dasar dalam perubahan sosio budaya. Individu dan masyarakat secara bertahap mengatasi dirinya dan mencapai tingkat kesadaran diri yang lebih tinggi. Oleh karena itu kemudian disebut idelisme spiritualisme.[8]

2.      L.A. Feurbach (1804-1872)
Marx juga dipengaruhi oleh Feuerbach yang berpendapat bahwa manusia dalam inti hakikatnya ditentukan oleh material, bahkan Tuhanpun merupakan ide dari manusia. Semboyan yang terkenal dari filosof bernama lengkap Ludwig Andreas Feurbach kelahiran Landshut, Jerman, 1804 adalah homo homini deus (manusia itu Allah untuk sesama manusia).[9]
Feuerbach memandang pemikiran Hegel sebagai puncak rasionalisme modern. Metode dialektika Hegel diakui Feuerbach sebagai metode yang mengandung pembebasan manusia dari belenggu yang mengikatnya melalui penyadaran yang berjalan secara terus menerus. Pandangan Hegel ini mengatakan jika manusia ingin menjadi dirinya sendiri maka ia harus menjadi obyek bagi dirinya sendiri.
Namun bagi Feuerbach pembebasan melalui metode dialektika ini tidak mencukupi karena pikiran adalah tesis sedangkan penampakan yang merupakan kenyataan bagi Hegel letaknya juga ada dalam pikiran. Bagi Feuerbach materilah yang menjadikan semua menjadi nyata. Feuerbach berseberangan dengan idealisme yang dianut Hegel, karena menurutnya bukan ide yang mendahului alam tetapi alamlah yang mendahului ide, sehingga perubahan tidaklah cukup hanya menggunakan metode dialektika Hegel karena dialektika seharusnya merupakan materialisasi.[10]

C.     Teori Karl Marx
Teori konflik Karl Marx dibangun atas dasar asumsi-asumsi, bahwa[11] :
1.      Perubahan merupakan gejala yang melekat pada setiap masyarakat
2.      Konflik adalah gejala yang selalu melekat setiap saat
3.      Setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disentergrasi dan perubahab sosial
4.      Setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi yang dilakukan oleh sejumlah orang terhadap sejumlah orang lainnya

Dari asumsi dasar itu teori konflik kemudian mengajukan proposisi yang dapat dielaborasasi menjadi sebuah strategi konflik yang dapat digambarkan sebagai berikut :
1.      Kehidupan sosial pada dasarnya merupakan arena konflik diantara kelompok-kelompok yang bertentangan
2.      Sumber-sumber daya ekonomi dan kekuasaan politik merupakan hal yang penting yang diperebutkan oleh berbagai kelompok
3.      Akibat tipikal dari konflik memunculkan pembagian masyarakat menjadi kelompok determinan secara ekonomi dan kelompok yang yang tersubordinasi
4.      Pola-pola sosial dasar suatu masyarakat sangat ditentukan oleh pengaruh sosial dari kelompok yang secara ekonomi merupakan kelompok yang determinan
5.      Kelompok dan konflik sosial di antara berbagai masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan yang menggerakkan perubahan sosial
6.      Konflik merupakan ciri dasar kehidupan sosial, maka perubahan sosial menjadi hal yang umum dan sering terjadi
Karl Marx Mengemukakan teorinya berdasarkan atas sejarah perkembangan masyarakat dimana perkembangan itu melalui lima tahap, yaitu[12] :
1. Masyarakat Primitif
2. Masyarakat Perbudakan
3. Masyarakat Feodal
4. Masyarakat Kapitalis
5. Masyarakat Sosial
Proses perkembangan itu terjadi :
1.      Masyarakat Komunal Primitive (Primitive Conmund).
Dalam tahap ini masyarakat menggunakan alat-alat untuk bekerja yang sifatnya masih sangat sederhana. Alat-alat ini bukan milik perseorangan tetapi milik komunal (milik bersama).Dalam masyarakat ini tidak ada surplus produksi di atas konsumsi karena orang yang membuat sendiri barang-barang atas kebutuhan sendiri, tetapi makin lama orang sedikit demi sedikit mengetahui alat-alat produksi yang lebih baik. Perbaikan dalam alat-alat produksi menyebabkan adanya perubahan-perubahan sosial dan kemudian terjadi pembagian kerja dalam produksi
2. Masyarakat Perbudakan
Hubungan produksi antara orang-orang yang memiliki alat-alat produksi dengan orang-orang yang hanya bekerja untuk mereka merupakan dasar terbentuknya masyarakat perbudakan. Dengan cara seperti ini keuntungan para pemilik alat produksi semakin besar karena budak-budak hanya diberi sekedar nafka supaya dapat bekerja.
3. Masyarakat Feodal
Masyarakat feodal ini merupakan masyarakat baru yaitu dimanan kaum bangsawan memiliki alat-alat produksi yang paling utama yaitu Tanah, para petani kebanyakan terdiri dari bekas budak yang dibebaskan. Mereka mengerjakan tanah itu untuk kaum feodal dan setelah itu baru tanah miliknya sendiri dapat dikerjakan. Perbaikan-perbaikan alat dan cara produksi banyak terjadi dalam system ini dengan demikian ada dua golongan kelas yaitu :
·         Kelas Feodal yang terdiri dari tuan-tuan tanah yang lebih berkuasa dalam hubungan sosial.
·         Kelas buru yang bertugas melayani mereka.
Kepentingan kedua kelas ini berbeda-beda. Kelas feodal lebih memikirkan keuntungan saja dan kemudian mendirikan pabrik-pabrik. Kelas buruh yang memiliki alat-alat produksi menghendaki pasaran buru yang bebas dan hapusnya tarif dan rintangan lainnya dalam perdagangan yang diciptakan kaum feodal.
4. Masyarakat Kapitalis
Kelas kapitalis memperkerjakan kelas buruh yang mau tidak mau menjual tenaganya karena tidak memiliki alat produksi seperti telah disinggung bahwa kelas kapitalis dan kelas buruh merupakan dua kelas dalam masyarakat yang kepentingannya saling bertentangan.
5. Masyarakat Sosial
Dalam system sosialis, pemilikan alat-alat produksi didasarkan atas hak milik sosial (Social ownership). Hubungan produksi merupakan hubungan kerjasama dan saling membantu di antara buruh yang bebas dari unsur eksploitasi. Sistem ini memberi kesempatan kepada manusia untuk maju baik dilapangan produksi maupun didalam kehidupan masyrakat.
Masyarakt menurut Marx terdiri atas kekuasaan yang mendorong perubahan sosial sebagai konsekuensi dari ketegangan dan perjuangan hidup. Konflik adalah induk segala-galanya, oleh karenanya konflik sosial merupakan inti dari proses sejarah. Menurutnya, kekuatan motivasi dalam sejarah adalah hal-hal yang menempatkan manusia berhubungan dengan orang lain dalam perjuangan terus-menerus untuk memenangkan pertarungannya dengan alam. Marx mengikuti Montesquieu dan Hegel, yang membawanya untuk peduli terhadap pandangan bahwa masyarakat merupakan satu kesatuan menyeluruh.


[1] Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, (Yogyakarta: LkiS),2000,cet I, hlm 34.
[2] Ibid, hlm 35.
[3] Narasi Agung, Tiga Teori Sosial Hegemonik , (Surabaya: LPAM),2003, cet II, hlm 134.
[4] Ibid, hlm 135.
[5] (seluruh yang real bersifat rasional dan yang rasional bersifat real).
[6] Andi Muawiyah Ramly, Peta pemikiran Karl Marx, hlm 44.
[7] Narasi Agung, Tiga Teori Sosial Hegemonik ,hlm 141.
[8] Ibid.
[9] Ibid, hlm 143.
[11] Narasi Agung, Tiga Teori Sosial Hegemonik ,hlm 147.
[12] http://www.abdulkadirsalam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar