Kamis, 25 April 2013

KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN

 
Oleh:
Luthviyah Romziana

 
BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur’an merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW. Selama masa dua puluh tiga tahun, kitab suci al-Qur’an turun ke langit dunia (bait al-‘izzah) kemudian ke bumi secara bertahap untuk memenuhi tuntutan situasi dan lingkungan yang ada. Al-Qur’an mencakup segala aspek kehidupan sertak tidak ada keraguan di dalamnya. Oleh karena itu, al-Qur’an mendapat kedudukan yang sangat tinggi dalam jiwa manusia.
Tantangan al-Qur’an datang dalam bentuk dan gaya bahasa yang beraneka ragam dengan gaya sastra yang sangat indah yang mampu memukau perasaan umat manusia dan berisi tentang ilmu pengetahuan yang bermacam-macam sehingga al-Qur’an menjadi sumber utama bagi manusia sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga saat ini. Inilah kemukjizatan Al-Qur’an yang tiada seorangpun yang dapat menandinginya.
Akan tetapi, ada yang berpendapat bahwa ketidakmampuan seseorang dalam membuat ataupun menadingi al-Qur’an itu dikarenakan campur tangan Allah atau usaha Allah memalingkan manusia supaya tidak mampu melakukan dan membuat semacam al-Qur’an. pemahaman ini dinamakan dengan mukjiza>t as-S}arfah yang diyakini oleh kelompok Muktazilah.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Mukjizat
Istilah i’ja>z berasal dari bahasa arab, yakni dari akar kata a’jaza, yu’jizu yang berarti melemahkan. Jadi secara bahasa mukjizat ialah sesuatu yang melemahkan dan tak dapat dikalahkan. Sedangkan secara terminologi mukjizat ialah kejadian  yang luar biasa di anugrahkan kepada Nabi atau Rasul yang tidak dapat dikalahkan oleh siapapun yang  dan dapat melemahkan manusia  serta tidak ada satupun yang dapat menandinginya.[1]
Menurut Hasbi Ash-S}idqy dalam bukunya, yaitu menampakkan kebenaran Nabi dalam pernyataan sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dari menantanginya terhadap mukjizatnya yang kekal yaitu al-Qur’an dan kelamahan orang-orang yang datang sesudahnya.[2]
Sedangkan menurut Manna> al-Qatta>n yang dimaksud mukjizat yaitu menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul  dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk mengahadpi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an  dan kelemahan-kelamahan generasi mereka. Mukjizat merupakan kejadian yang luar biasa yang disertai dengan tantangan dan selamat dari perlawanan.[3]
Adapun nsur-unsur yang dapat dikatan mukjizat, yaitu[4] :
1.      Peristiwa ini tidak akan mampu dilakukan oleh manusia
2.      Peristiwa ini diberitakan sebelumnya oleh seorang yang bijaksana dan sesuai dengan dengan apa yang telah diberitakan
3.      Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian[5]


Mukjizat terbagi menjadi dua bagian, yaitu[6]:
1.      Mukjizat Hissi adalah mukjizat yang dapat dicapai oleh panca indera. Mukjizat ini biasanya diperlihatkan kepada manusia biasa, yaitu manusia yang tidak bisa mempergunakan kecerdasan pikirannya, pandangan mata hatinya dan rendah budi perasaannya.  Contoh : Tongkat Nabi Musa yang beralih wujud menjadi ular, Nabi Ibrahim yang tidak terbakar dalam api dan Perahu Nabi Nuh. Kesemuanya  bersifat inderawi sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi berada dan berakhir dengan wafat masing-masing nabi.
2.      Mukjizat Maknawi yaitu mukjizat yang tidak mungkin dicapai oleh kekuatan indera semata melainkan dapat dicapai dengan kekuatan akal pikiran. Mukjizat ini tidak dapat dipahami kecuali oleh orang yang memiliki akal sehat dan berbudi luhur.  Seperti Mukjizat al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Oleh karena itu, mukjizat ini tidak dibatasi oleh suatu tempat dan waktu karena al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang dapat menggunakan akalnya dimanapun berada.

Perbedaan ini disebabkan karena para nabi sebelum nabi Muhammad ditugaskan untuk masyarakat pada masa tertentu. Oleh karena itu mukjizat mereka hanya berlaku untuk masyarakat dan masa tersebut, tidak untuk setelah mereka. Berbeda dengan nabi Muhammad yang diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, sehingga bukti kebenaran ajarannya harus selalu siap dipaparkan kepada setiap orang yang ragu dimanapun berada.[7]

B.   Tujuan I’ja>z Al-Qur’an
Sebagaiman pengertian dari mukjizat tadi bahwa mukjizat yaitu untuk melemahkan. Namun selain melemahkan, mukjizat memiliki tujuan lain, yaitu sebagai berikut [8]:
a.       Membuktikan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang Nabi dan Rasul yang menerima mukjizat al-Qur’an.
b.      Kitab al-Qur’an merupakan wahyu Allah dan bukan produk manusia.
c.       Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balghah bahasa manusia, terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab seperti Al-Qur’an.
d.      Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya.

C.   Sejarah Ilmu I’ja>z Al-@Qura>n
Menurut Dr. S}ubhi As-S}ha>lih dalam kitab Maba>hist fi Ulum Al-Qur’an bahwa orang yang pertama kali membicarakan tentang i’ja>z Al-Qur’an  ialah Imam al-Ja>hid (w. 255 H) dalam kitab Nuz}mu Al-Qur’an. Hal ini seperti diisyaratkan dalam kitab yang lain, al-hayawa>n. Beliau mengatakan, bahwa “kitab tersebut terkumpul ayat al-Qur’an untuk mengetahui antara i’ja>z dan penghapusan dan diantara penambahan, keutamaan dan isti’a>rat, apabila kamu membaca ayat al-Qur’an maka akan nampak ke i’ja>z sannya”.
Kemudian dilanjutkan oleh Muhammad ibn Zaid al-Wasity (w. 603) dalam kitab I’ja>z Al-Qur’an yang banyak mengutip isi kitab al-Ja>hid akan tetapi kitab ini tidak sampai kepada kita. Kemudian Abdu al-Qo>hir al-Jurja>ni dalam kitab Dala>ilu al-I’ja>z. Dilanjutkan oleh imam ar-Rumany (wafat. 384 H) dalam kitab al-i’ja>z yang isinya mengupas segi-segi kemukjizatan al-Qur’an. Lalu disusul oleh al-Qad}i Abu Bakar al-Baqi>lany (w. 403 H) dalam kitab I’ja>z Al-Qur’an yang membahas tentang segi-segi kebalaghahan Al-Qur’an dan kemukjizatannya. [9]

D.  Aspek-Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an
Al-Qur’an memiliki i’ja>z  yang sangat luar biasa dari segala segi baik dari sistematika susunan dalam mushaf, gaya bahasa, penempatan satu kata dalam kalimat serta makna yang dikandungn dalamnya. Adapun aspek-aspek kemukjizatan al-Quran, sebagai berikut:
1.      Al-Qur’an mengandung berita yang ghoib yang tidak ada seorangpun mampu manandinginya[10]. Adapun berita-berita ghoib itu, sebagai berikut:
a.       Keghaiban masa lampau, seperti kisah Nabi Musa AS, kisah Fir’aun, as}hab al-kahfi, dan kaum ‘Ad dan Tsamud[11]. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 67 kisah Nabi Musa dan kisah Fir’aun dalam surat al-Qas}os ayat 4.
øŒÎ)ur tA$s% 4ÓyqãB ÿ¾ÏmÏBöqs)Ï9 ¨bÎ) ©!$# ôMä.âßDù'tƒ br& (#qçtr2õs? Zots)t/ ( (#þqä9$s% $tRäÏ­Gs?r& #Yrâèd ( tA$s% èŒqããr& «!$$Î/ ÷br& tbqä.r& z`ÏB šúüÎ=Îg»pgø:$# ÇÏÐÈ 
Artinya : dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".[12]

¨bÎ) šcöqtãöÏù Ÿxtã Îû ÇÚöF{$# Ÿ@yèy_ur $ygn=÷dr& $YèuÏ© ß#ÏèôÒtGó¡o Zpxÿͬ!$sÛ öNåk÷]ÏiB ßxÎn/xムöNèduä!$oYö/r& ¾ÄÓ÷ÕtGó¡our öNèduä!$|¡ÏR 4 ¼çm¯RÎ) šc%x. z`ÏB tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÍÈ  
Artinya: Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.[13]

b.      Keghaiban masa yang akan datang, seperti kisah kemengangan Romawi setelah kekalahannya, kasus al-Walid bin al-Mughiroh dan kasus Abu Jahal. Sebagaimana firman Allah surat ar-Ru>m ayat 1-5 tentang kemenagan Romawi dan kekalahannya.
$O!9# ÇÊÈ   ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ   þÎû oT÷Šr& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ šcqç7Î=øóuy ÇÌÈ   Îû ÆìôÒÎ/ šúüÏZÅ 3 ¬! ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s% .`ÏBur ß÷èt/ 4 7ͳtBöqtƒur ßytøÿtƒ šcqãZÏB÷sßJø9$# ÇÍÈ   ÎŽóÇuZÎ/ «!$# 4 çŽÝÇZtƒ ÆtB âä!$t±o ( uqèdur âƒÍyèø9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÎÈ  
Artinya: Alif laam Miim (1) Telah dikalahkan bangsa Romawi (2) Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (3) Dalam beberapa tahun lagi, bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman (4) Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang (5).[14]
c.       Kegaiban masa sekarang. Terbukanaya niat busuk orang munafik dimasa Rasulullah SAW. Sebagaimana firman Allah :
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB y7ç6Éf÷èム¼ã&è!öqs% Îû Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ßÎgô±ãƒur ©!$# 4n?tã $tB Îû ¾ÏmÎ6ù=s% uqèdur $s!r& ÏQ$|ÁÏø9$# ÇËÉÍÈ  
Artinya : Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.[15]


2.      Pemberitahuan tentang kondisi Nabi sebagai orang yang ummi, Nabi yang tidak bisa membaca dan menulis. Begitu pula pemberitahuan menegnai kondisi beliau yang sama sekali tidak tahu kitab-kitab terdahulu, baik tentang kisah, berita, maupun riwayat mereka. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba menyampaikan kepada beliau ringkasan peristiwa yang pernah terjadi, yakni persoalan besar dan sejarah yang sangat pentng; dimulai sejak Allah menciptakan Adam as. yang mencakup permulaan penciptaannya, persoalan yang dihadapinya hingga perbuatan yang mengakibatkannya diusir dari surga, kemudian diterangkan secara ringkas persoalan anak-anaknya, kondisi dan pertaubatannya. Begitu pula, dengan kisah Ibrahim as. dan nabi-nabi yang tertulis dalam al-Qur’an. Beliau tidak mungkin memperoleh pengetahuan seperti itu jika bukan melalui wahyu.[16] Sebagaimana firman Allah surat al-Ankabu>t ayat 48 :
$tBur |MZä. (#qè=÷Fs? `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% `ÏB 5=»tGÏ. Ÿwur ¼çmÜèƒrB šÎYŠÏJuÎ/ ( #]ŒÎ) z>$s?ö^w šcqè=ÏÜö6ßJø9$# ÇÍÑÈ  
Artinya : Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu).[17]

3.      Mengandung unsur balaghah yang sangat tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahwa orang Arab pandai dalam berbahasa arab, sastra serta membuat syi’ir-syi’ir ataupun puisi. Namun ketika mereka dihadapkan kepada Al-Qur’an mereka tiada bandingannya. Struktur yang mengadung mukjizat diantaranya ada yang bertumpu pada bentuk global, yakni struktur al-Qur’an dilihat dari berbagai aspek dan penjelasan modelnya yang berada diluar struktur kalimat yang bisa digunakan oleh orang Arab. Al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang istimewa; sangat berbeda dengan gaya bahasa percakapan yang dilakukan seperti biasanya. Hal itu karena cara-cara yang digunakan kalimat yang indah strukturnya terbagi menjadi mantra-mantra syair dengan berbagai perbedaannya, aneka kalimat berima tak bersajak, kalimat berirama dan bersajak, serta kalimat bebas. Melalui cara-cara ini, ketepatan dan manfaat diusahakan, begitu pula dengan pemahaman makna yang dikemukakan dengan indah, gaya bahasa yang tertib dan lembut.
Selain itu, bagi orang Arab tidak mungkin memiliki fas}ahah kalimat yang demikian halus, faidah yang luar biasa, keselarasan dengan balaghah, penggunaan istilah yang samar dan mahir yang demikian panjang dan mencukupi. Orang-orang bijak dikalangan mereka biasanya hanya mampu membuat kata-kata yang beragam dan sedikit lafalnya, sedangkan al-Qur’an mengkolerasikan semuanya dan tetap terjaga fas}ahah nya.[18] Sebagaimana firman Allah surat az-Zumar ayat 23:
ª!$# tA¨tR z`|¡ômr& Ï]ƒÏptø:$# $Y6»tGÏ. $YgÎ6»t±tFB uÎT$sW¨B Ïèt±ø)s? çm÷ZÏB ߊqè=ã_ tûïÏ%©!$# šcöqt±øƒs öNåk®5u §NèO ßû,Î#s? öNèdߊqè=ã_ öNßgç/qè=è%ur 4n<Î) ̍ø.ÏŒ «!$# 4 y7Ï9ºsŒ yèd «!$# Ïöku ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o 4 `tBur È@Î=ôÒムª!$# $yJsù ¼çms9 ô`ÏB >Š$yd ÇËÌÈ    
Artinya: Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.[19]

4.      Al-Qur’an mengandung bermacam-macam ilmu pengetahuan dan hikmah yang sangat mendalam. Pada hakikatnya, al-Qur’an merupakan mukjizat dengan segala makna yang dibawakan dan dikandung oleh lafaz}-lafaz}nya, yaitu[20]:
a.       Mukjizat dalam lafaz} dan keindahan susunan kalimat (uslub). Maksudnya yaitu satu huruf dari al-Qur’an merupakan i’ja>z dalam susunan kata (kalimat) dan susunan kata merupakan i’ja>z dalam jumlah dan jumlah dalam al-Qur’an merupakan mukjizat dalam surah.
b.      Mukjizat dalam bayan (penjelasan) dan naz}am. Seorang pembaca akan menemukan gambaran hidup bagi kehidupan, alam dan manusia. Maknanya menyingkap tabir hakikat kemanusiaan dan pesan alam.
c.       Mukjizat dalam tasyri’ dan pemeliharaannya terhadap hak-hak asasi manusia.

E.   Kadar Kemukjizatan al-Qura>an
Al-Qur’an merupakan mukjizat nabi Muhammad SAW. Rasulullah menampakkan kemukjizatan tersebut terhadap orang Arab yang telah menantangnya. Akan tetapi mereka tidak mampu menandinginya padahal mereka sangat pintar dan tingkat kesastraan mereka terhadap bahasa arab sangat tinggi. Hala ini tiada lain karena Al-Qur’an merupakan mukjizat. Rasulullah telah meminta orang Arab untuk menandingi Al-Qur’an. Adapun kadar-kadar kemukjizatan al-Qur’an, yaitu[21]:
Pertama, meminta orang Arab menantangi al-Qur’an dengan uslub yang mencakup orang Arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin. Sebagaimana firman Allah :
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ  
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".[22]

Ketika itu mereka ditantantang oleh Rasulullah untuk membuat Al-Qur’an akan tetapi mereka tidak dapat membuatnya. Mungkin karena aspek bahasa dan tertib susunannya yang sangat tinggi.

Kedua, Rasulullah menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah :
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ   óO©9Î*sù (#qç7ŠÉftFó¡o öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌRé& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& šcqßJÎ=ó¡B ÇÊÍÈ  
Artinya: Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar" (13) Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka ketahuilah, Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (14).[23]
Ketiga, mereka tidak mampu menandingi tantangan tersebut, akhirnya Rasulullah menantang mereka dengan satu surah saja dari al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah:
÷Pr& tbqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ  
Artinya: Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar”.[24]

Kemudian tantangan tersebut diulang lagi, sebagaimana firman Allah:

bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷ƒu $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ  
Artinya: dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.[25]

Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran al-Qura>n. Dan al-Qur’an itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastra dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW.
Semenjak itu, orang Arab yang sombong dan congkak tidak sanggup dan tidak berdaya lagi untuk menantangnya.  Sehingga mereka meyakini bahwa al-Qur’an betul-betul sebuah mukjizat bagi Nabi Muhammad tanpa harus ada keraguan lagi.
Adapun kadar kemukjizatan al-Qur’an menurut Muktazilah ialah al-Qur’an secara keseluruhan bukan bagian-bagiannya. Kaum Muktazilah sebagaimana kita ketahui ia lebih menonjolkan  penalaran akal daripada emosi keagamaan. Mereka menyimpulkan bahwa kadar yang melemahkan itu ialah keseluruhan al-Qur’an bukan secara parsial sebab gaya bahasa dari masing individu berbeda-beda. Dari itu manusia tidak mampu menandingi dan meniru gaya al-Qur’an, melainkan kemampuan mereka sebelum menantang al-Qur’an telah dipalingkan terlebih dahulu kepada yang lain.[26]
Jika demikian halnya, maka yang memiliki daya I’ja>z dalam hal ini bukanlah al-Qur’an melainkan ada intervensi pihak lain yang membuat orang tidak mampu menantangnya. Dengan demikian, bukan suatu yang aneh jika mereka mengatakan bahwa yang mu’ji>z ialah al-Quran secara keseluruhan bukan secara parsial.[27]
Pendapat kedua, bahwa kadar kemukjiza>tan al-Qur’an itu tidak harus secara keseluruhan melainkan kurang dari satu suratpun dapat menjadi mukjizat. Penulis cendrung setuju dengan pendapat yang kedua karena sebagaimana yang kita ketahui di atas bahwasannya al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang tinggi, mengandung hikmah dan ilmu pengetahuan.

F.   Paham As-S}arfah Dalam Al-Qur’an
Sebagaimana penjelasan diatas bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu memiliki aspek bahasa atau balaghah yang sangat tinggi. Kaum Muktazila#h berpendapat bahwa manusia tidak mampu menyusun semacam al-Qur’an, hal ini disebakan bukan karena keistimewaan al-Qur’an akan tetapi disebabkan ada unsur campur tangan Allah dalam menghalangi manusia membuat al-Qur’an. Paham inilah yang dinamakan dengan dengan mukjiza>t as-S}arfah.
Kata as-S}arfah berasal dari kata s}arafa (صرف) yang berarti memalingkan, dalam artian Allah memalingkan manusia dari macam upaya membuat semacam al-Qur’an, andai saja Allah tidak memalingkan manusia, maka manusia akan mampu membbuat al-Qur’an. Dengan kata lain, kemukjiza>tan al-Qur’an lahir dari factor eksternal bukan dari factor al-Qur’an sendiri (mukjiza>t bi al-dza>t).[28]
Cara Allah memalingkan manusia, sebagai berikut:
1.      Semangat mereka untuk menantang dilemahkan oleh Allah.
2.      Cara Allah memalingkan mereka dengan mencabut pengetahuan dan rasa bahasa yang mereka miliki. Walaupun mereka memiliki bahasa yang sangat tinggi mereka tidak akan dapat menandingi al-Qur’an.
Menurut Murtad}a, makna al-s}irfah ialah Allah mencabut ilmu-ilmu yang diperlukan untuk menantangi al-Qur’an. Maka kelemahan orang-orang Arab bukanlah karena mereka tidak mempunyai kesanggupan untuk menantangi al-Qur’an. Tetapi kadar yang Allah tetapkan, itulah yang melemahkan mereka. Sedangkan menurut an-Nad}am, al-s}irfah yakni Allah memalingkan orang Arab dari menantangi al-Qur’an, padahal mereka sanggup menantanginya. Allah memalingkan mereka, itulah yang dikatakan menyalahi adat (kebiasaan). Segolongan ulama berpendapat bahwasannya al-Qur’an mukjizat dengan balaghahnya yang belum ada tandingannya. Demeikianlah pendapat ahli-ahli bahasa Arab dan ahli-ahli sastra.[29]
Terlepas dari setuju atau tidak setuju terhadap pemalingan mukjizat al-Qur’an. penulis kurang sepakat jika al-Qur’an dikatakan dengan bi as-S}arfah. Karena sebagaimana kita ketahui al-Qur’an merupakan mukjiza>t Al-Qur’an yang sangat luar biasa. Sebenarnya manusia memiliki kekuatan dan sastra yang tinggi akan tetapi mereka tidak akan mampu melakukannya karena keterbatasan akal pikiran.

BAB III
PENUTUP
Itulah sekelumit pembahasan tentang kemukjizatn al-Qur’an. Penulis dapat menyimpulkan bahwa al-Qur’an merupakan mukjizat yang diberikan Nabi Muhammad, yang kaya akan keindahan bahasa, baik dari segi i’ja>z, balaghah, tasybi>h, istia.rah, dan mencakup segala ilmu pengetahuan yang tiada bandingannya. Sepintar-sepintarnya manusia, ia tidak akan mampu menandingi al-Qur’an. Oleh sebab itu, al-Qur’an hingga saat ini masih tetap terpelihara dan terjaga keasliannya. Sebagaimana firman Allah dalah surat al-Hijr ayat 9:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Mohon maaf atas segala kesalahan kepada seluruh pihak. Penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya guna perbaikan makalah selanjutnya. Trimaksih dan semoga bermanfaat. Amin.
.


DAFTAR PUSTAKA
Al-A’zami}, M.M, The History The Qur’a>nic Text From Revelation To Compilation. Jakarta: Gema Insani, 2005.

Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Bulan bintang, 1972.
Al-Qatta>n, Manna> Maba>hith Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an. Manshu>ra>t al-‘As} al-Hadith, 1990.
Al-Qur’an al-Kari>m.
Al-S}o>lih, S}ubhi, Maba>hith fi Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Ilmi, 1988.
Al-Suyuti , Jalaluddin, al-Itqa>n fi Ulu>m Al-Qur’an. Beiru>t: Dar al-Fikr, 2008.
Boullata , Issa J., Al-Qur’an Yang Menakjubkan. Jakarta: Lentera Hati, 2008.
Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru ilmu Tafsir. Yogyakarta:Pustka Pelajar, 2011.
Iqbal, Mashuri Sirojuddin, dkk, Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Angkasa, 1993.
Jalal, Abdul, Ulumul Qur’a>n. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
RI, Perpustakaan Nasional, “Mukjizat”, Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah Dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Vol.1, ed. Ahsin Sakho Muhammad, et al. Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2009.

Salim, Fahmi, Kritik Terhadap Studi Al-Qur-a>n Kaum Liberal. Jakarta: Gema Insani, 2010
Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Quran. Bandung: Mizan, 1998.


[1] Nashruddin Baidan, Wawasan Baru ilmu Tafsir, (Yogyakarta:Pustka Pelajar, 2011), 118.
[2] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan bintang, 1972), 311.
[3] Manna> al-Qatta>n, Maba>hith Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, (Manshu>ra>t al-‘As} al-Hadith, 1990), 257.
[4] Perpustakaan Nasional RI, “Mukjizat”, Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah Dalam Al-Qur’an dan Sunnah, Vol.1, ed. Ahsin Sakho Muhammad, et al. (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2009), 17.
[5]  M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1998), 25.
[6] Mashuri Sirojuddin Iqbal, dkk, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Angkasa, 1993), 268.
[7]M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, 36
[8]Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 270.
[9]S}ubhi al-S}o>lih, Maba>hith fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ilmi, 1988), 314.
[10]Jalaluddin al-Suyuti, al-Itqa>n fi Ulu>m Al-Qur’an, (Beiru>t: Dar al-Fikr,2008), 610.
[11] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, 196.
[12]  Al-Qur’an, 2: 67.
[13] Ibid., 28: 4.
[14] Ibid., 30: 1-5.
[15] Ibid., 2: 204.
[16] Issa J. Boullata, Al-Qur’an Yang Menakjubkan, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), 116.
[17] Ibid., 29: 48.
[18] Issa J. Boullata, Al-Qur’an Yang Menakjubkan, 118.
[19] Al-Qur’an, 39: 23.
[20] Manna> al-Qatta>n, Maba>hith Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 377.
[21] Manna> al-Qatta>n, Maba>hith Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 372.
[22] Al-Qur’an, 17: 88
[23] Ibid., 11: 13-14.
[24] Ibid., 10: 38.
[25] Ibid., 2: 23.
[26] Inilah yang disebut dengan mukjiza>t bi al-s}irfah (بالصرفة).
[27] Nashruddin Baidan, Wawasan Baru ilmu Tafsir, 127
[28] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, 158.
[29] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, 314.

1 komentar:

  1. Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    jelaskan pengertian mukjizat dan irhas Sejarah diturunkannya Al Quran Ufa Bunga SMartphone

    BalasHapus