A. Pengertian Bid’ah
Bid’ah adalah sesuatu yang baru dalam perkara.
Menurut Al-Khalil yaitu membuat sesuatu yang baru yang sebelumnya sesuatu itu
tidak pernah ada.
Sedangkan menurut Al-fairuz Abadi yaitu
mengadakan sesuatu yang baru dalam agama setelah agama itu sempurna atau membuat
sesuatu yang baru sepeninggal Nabi SAW yang timbul dari hawa nafsu dan
perbuatan-perbuatan.[1]
Menurut Ibnu Taimiyah: ‘ Bid’ah dalam agama ialah sesuatu yang tidak disyari’atkan oleh
Allah dan rasul-Nya yaitu tidak diperintahkan dengan perintah wajib atau
perintah sunnah. Adapun yang diperintahkan dengan perintah wajib dan sunnah
serta diketahui perintah-perintah tersebut dengan dalil-dalil syar’i, maka hal
itu termasuk yang disyari’atkan oleh Allah, meskipun terjadi perselisihan
diantara ulama di beberapa masalah dan sama saja, baik hal itu sudah diamalkan
pada masa Rasulullah atau tidak.
Menurut As-Syahtibi: ‘ Bid’ah adalah suatu cara di dalam agama yang diada-adakan (baru)
menyerupai agama dan dimaksudkan dalam melakukannya untuk bersungguh-sungguh
dalam beribadah kepada Allah ta’ala.
Menurut Ibnu Rajab: ‘ Yang dimaksudkan dengan bid’ah adalah sesuatu yang diadakan
tanpa ada dasarnya di dalam syari’at. Adapun suatu yang ada dasarnya dalam
syara’, maka bukan bid’ah meskipun dikatakan bid’ah menurut bahasa.’
Menurut As-Suyuti: ‘ Bid’ah ialah suatu ungkapan tentang
perbuatan yang bertentangan dengan syari’at karena menyelisihinya atau
perbuatan yang menjadikan adanya penambahan dan pengurangan syari’at.
Sebagaiman hadis Nabi SAW :
من أحدث فى
أمرنا هذا ما ليس منه فهو ردّ
Artinya : “Barang siapa
mengada-ngadakan hal baru di dalam perkara kami yang tidak ada dalil di
dlamnya, maka tertolak.” (Diriwayatkan Bukhori Muslim)[2]
Dalam riwayat Muslim, beliau
bersabda :
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو ردّ
Artinya
: “Barang
siapa mengerjakan apa-apa tanpa adanya perintah dari kami, maka perbuatannya
tertolak”. (Diriwayatkan Muslim)[3]
B. Kemunculan Bid’ah
Syaikhu Al-Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan “ketahuilah bahwa
semua macam bid’ah yang berhubungan dengan ilmu dan ibadah muncul
ditengah-tengah umat pada akhir-akhir masa pemerintah Khulafaur Rasidin,
sebagaiman rasulullah bersabda :
من يعش منكم بعدي،
فيسرى اجتلافا كثيرا، فعليكم بسنتي و سنّة الخلفاء الراشدين من بعدي
Artinya
: “Barang siapa diantara kalian yang hidup setelahku, maka ia akan menyaksikan perbedaan
pendapat yang sangat banyak, maka hendaknya kalian berpegang teguh kepada
sunahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin setelahku.” (diriwayatkan Abu daud,
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)[4]
Bid’ah yang pertama-tama muncul adalah bid’ah
yang berhubungan dengan qadr, bid’ah rija’, bid’ah yang berkaitan dengan
kelompok syi’ah dan khawarij. Semua bid’ah tersebut muncul pada abad kedua
ketika para sahabat masih ada dan mereka sangat mengingkari para pendukungnya.
Kemudian muncul bid’ah upaya memisahkan diri. Kemudian berbagai fitnah
dikalangan kaum muslimin. Muncul pula berbedaan paham dan kecendrungan kepada
bid’ah dan hawa nafsu. Demikianlah setiap waktu bertambah lalu bertambah pula
bid’ah-bid’ah dengan macamnya.[5]
Tempat munculnya bid’ah sangat berbeda-beda
diantaranya kota-kota besar yang didiami para sahabat dan Rosulullah SAW yaitu
dua kota haram, kufah, bashrah dan Iran. Dari kota-kota itullah munculnya
al-Quran, hadis, fiqih, ibadah dan yang berkaitan dengan perkara-perkara
keislaman.Ni menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah.[6]
Sebab-sebab yang medorong munculnya bid’ah
yaitu karena ketidaktahuan tentang hukum-hukum agama, mengikuti hawa nafsu,
fanatik dengan pendapat tokoh, sikap menyerupai orang kafir dan mengikuti pola
hidup mereka.[7]
C. Pembagian Bid’ah[8]
Bid’ah dibagi menjadi 2 bagian dalam perkataan
Imam Syafi’i, Ibnu Hazm, al-Ghazali, dll. yaitu :
1.
Bid’ah hasanah yaitu bid’ah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah
SAW
2.
Bid’ah sayyi’ah yaitu bid’ah yang bertentangan dengan sunnah
Rasulullah SAW
Sedangkan Syaikh An-Nawawi membagi bid’ah
menjadi 5 bagian :
1.
Bid’ah wajib, contoh : menyusun dalil-dalil para ahli kalam untuk
menyanggah orang atheis
2.
Bid’ah sunnah, contoh : menyusun buku-buku ilmiah
3.
Bid’ah mubah, contih : menyederhanakan pewarnaan pada makanan
4.
Bid’ah haram
5.
Bid’ah makruh
Sebagaimana Rosulullah bersabda :
كل بدعة
ضلالة
Dan
hadis nabi yang diriwayatkan Musli, di dalam kitab Shahih, dari Jabir bin Abdullah
Al-Anshari. Nabi bersabda :
أمّا بعد،
فإنّ خير الحديث كتاب الله، وجيرالهدى هدى محمّد، وشرّالأمور محدثاتها، وكل بدعة
ضلالة
Artinya
: “Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah
kitabullah, dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk
perkara adalah perkara baru dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (diriwayatkan
Muslim)
Adapun
bid’ah yang berkaitan dengan kemaslahatan dunia, hukumnya boleh, selama
bermanfaat, tidak menimbulkan kerusakan atau memancing niat jahat, tidak
melanggar hal-hal yang diharamkan dan tidak merusak nilai-nilai agama.[10]
Bid’ah
tidak terbag-bagi menjadi bebarapa macam sebagaimana yang disebutkan oleh An-Nawawi dan lainnya. Namun, semuanya
adalah sesat. Bid’ah hanya terjadi pada perkara agama dan tidak ada pada
perkara yang mubah.[11]
Contoh: sekolah-sekolah, jembatan dll. Hal seacam ini tidak dinamakan bid’ah
dari aspek syar’i karena syariat memerintahkan pengajaran dan sekolah adalah
penolong terlaksanaya pengajaran. Jika dinamakan bid’ah maka itu hanya dari
sisi etimologi. Sebagaimana perkataan Umatr Bin Khatab berkenaan dengan
pelaksanaan shalat tarawih, dimana ia mengumpulkan semua orang untuk shalat dengan satu orang
imam saja. Lalu ia berkata, “bid’ah yang terbaik adalah ini.” Padahal shalat
tarawih adalah sunah muakakadah yang dilakukan Nabi SAW lalu beliau menyuruh
dan menghimbau umatNya untuk melakukan. Semua ini bukan bid’ah melainkan
sunnah. Namun Umar menamakannya dengan bid’ah dari aspek etimologis. Karena ia
melakukan sesuatu dengan tiada contoh sebelumnya.[12]
[1] Ja’far Subhani, Kupas Tuntas Masalah Bid’ah, (Jakarta:
Penerbit Lentera), Cet 2, hlm 32.
[2] Shahih Al-Bukhari (2697), dan Shahih Muslim (1718)
[3] Shahih Muslim (1718 dan 18)
[4] Musnad Imam Ahmad (4/126), Sunan Abu daud (4607), Shahih Sunan
At-Tirmidzi (2676), Shohih Sunan Ibnu Majah (42) dan Shahih Al-Jami’ (2546).
[5] Hammud bin abdullah Al-Mathr, Kumpulan Tanya Jawab Bid’ah Dalam
Ibadah, (Jakarta: darul Falah), Cet 1, 2005, hlm 77.
[6] Ibid, hlm 78.
[7] Ibid, hlm 79.
[8] Muh. Jamaluddin A Qosim, Bid’ah Dalam Masjid, (Jakarta:
Pustaka Azzam), cet 4, 2005, hlm 24.
[9] Shahih Muslim (867)
[10] Muhammad Abdussalam Khadr as-Syaqiry, Bid’ah-Bid’ah yang
dianggap Sunnah, (Jakarta: Qisthi Press), cet 11, 2006, hlm 6.
[11] Hammud bin abdullah Al-Mathr, Kumpulan Tanya Jawab Bid’ah Dalam
Ibadah, hlm 95.
[12] Ibid, hlm 96.
MgD Casinos and Games for Real Money
BalasHapusDiscover the 나주 출장샵 most popular 천안 출장마사지 casino games and casinos online. Best Online Slots 2021 · 대전광역 출장안마 Mega Moolah Gold 김천 출장안마 · 하남 출장안마 Gonzo's Quest · Play