Oleh:
Luthviyah
Romziana
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an
merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad
SAW. Selama masa dua puluh tiga tahun, kitab suci al-Qur’an
turun ke langit dunia (bait al-‘izzah) kemudian ke bumi secara bertahap
untuk memenuhi tuntutan situasi dan lingkungan yang ada. Al-Qur’an mencakup
segala aspek kehidupan sertak tidak ada keraguan di dalamnya. Oleh karena itu, al-Qur’an
mendapat kedudukan yang sangat tinggi dalam jiwa manusia.
Tantangan al-Qur’an
datang dalam bentuk dan gaya bahasa yang beraneka ragam dengan gaya sastra yang
sangat indah yang mampu memukau perasaan umat manusia dan berisi tentang ilmu
pengetahuan yang bermacam-macam sehingga al-Qur’an menjadi sumber utama bagi manusia
sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga saat ini. Inilah kemukjizatan Al-Qur’an
yang tiada seorangpun yang dapat
menandinginya.
Akan
tetapi, ada yang berpendapat bahwa ketidakmampuan seseorang dalam membuat
ataupun menadingi al-Qur’an itu dikarenakan campur tangan Allah atau usaha Allah
memalingkan manusia supaya tidak mampu melakukan dan membuat semacam al-Qur’an. pemahaman ini dinamakan dengan mukjiza>t as-S}arfah
yang diyakini oleh kelompok Muktazilah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mukjizat
Istilah i’ja>z
berasal dari bahasa arab, yakni dari akar kata a’jaza, yu’jizu yang
berarti melemahkan. Jadi secara bahasa mukjizat ialah sesuatu yang melemahkan
dan tak dapat dikalahkan. Sedangkan secara terminologi mukjizat ialah kejadian yang luar biasa di anugrahkan kepada Nabi atau
Rasul yang tidak dapat dikalahkan oleh siapapun yang dan dapat melemahkan manusia serta tidak ada satupun yang dapat
menandinginya.[1]
Menurut Hasbi
Ash-S}idqy dalam bukunya, yaitu menampakkan kebenaran Nabi dalam pernyataan
sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dari
menantanginya terhadap mukjizatnya yang kekal yaitu al-Qur’an dan kelamahan
orang-orang yang datang sesudahnya.[2]
Sedangkan
menurut Manna> al-Qatta>n yang dimaksud mukjizat yaitu menampakkan
kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk
mengahadpi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an dan kelemahan-kelamahan generasi mereka. Mukjizat
merupakan kejadian yang luar biasa yang disertai dengan tantangan dan selamat
dari perlawanan.[3]
Adapun
nsur-unsur
yang dapat dikatan mukjizat, yaitu[4]
:
1.
Peristiwa
ini tidak akan mampu dilakukan oleh manusia
2.
Peristiwa
ini diberitakan sebelumnya oleh seorang yang bijaksana dan sesuai dengan dengan
apa yang telah diberitakan
1.
Mukjizat
Hissi adalah mukjizat yang dapat dicapai oleh panca indera. Mukjizat ini
biasanya diperlihatkan kepada manusia biasa, yaitu manusia yang tidak bisa
mempergunakan kecerdasan pikirannya, pandangan mata hatinya dan rendah budi
perasaannya. Contoh : Tongkat Nabi Musa
yang beralih wujud menjadi ular, Nabi Ibrahim yang tidak terbakar dalam api dan
Perahu Nabi Nuh.
Kesemuanya bersifat inderawi sekaligus
terbatas pada lokasi tempat nabi berada dan berakhir dengan wafat masing-masing
nabi.
2.
Mukjizat
Maknawi yaitu mukjizat yang tidak mungkin dicapai oleh kekuatan indera semata melainkan dapat
dicapai dengan kekuatan akal
pikiran. Mukjizat ini tidak dapat dipahami kecuali oleh orang yang memiliki
akal sehat dan berbudi luhur. Seperti
Mukjizat al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Oleh karena itu, mukjizat ini tidak
dibatasi oleh suatu tempat dan waktu karena al-Qur’an dapat dijangkau oleh
setiap orang yang dapat menggunakan akalnya dimanapun berada.
Perbedaan
ini disebabkan karena para nabi sebelum nabi Muhammad ditugaskan untuk
masyarakat pada masa tertentu. Oleh karena itu mukjizat mereka hanya berlaku
untuk masyarakat dan masa tersebut, tidak untuk setelah mereka. Berbeda dengan
nabi Muhammad yang diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman,
sehingga bukti kebenaran ajarannya harus selalu siap dipaparkan kepada setiap
orang yang ragu dimanapun berada.[7]
B.
Tujuan
I’ja>z
Al-Qur’an
Sebagaiman
pengertian dari mukjizat tadi bahwa mukjizat yaitu untuk melemahkan. Namun
selain melemahkan, mukjizat memiliki tujuan lain, yaitu sebagai berikut [8]:
a.
Membuktikan
bahwa Nabi Muhammad adalah seorang Nabi dan Rasul yang menerima mukjizat al-Qur’an.
b.
Kitab
al-Qur’an merupakan wahyu Allah dan bukan produk manusia.
c.
Menunjukkan
kelemahan mutu sastra dan balghah bahasa manusia, terbukti pakar-pakar
pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab
seperti Al-Qur’an.
d.
Menunjukkan
kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan
keangkuhan dan kesombongannya.
C.
Sejarah
Ilmu I’ja>z Al-@Qura>n
Menurut
Dr. S}ubhi As-S}ha>lih dalam kitab Maba>hist fi Ulum Al-Qur’an bahwa
orang yang pertama kali membicarakan tentang i’ja>z Al-Qur’an ialah Imam al-Ja>hid (w. 255 H) dalam
kitab Nuz}mu Al-Qur’an. Hal ini seperti diisyaratkan dalam kitab yang
lain, al-hayawa>n. Beliau mengatakan, bahwa “kitab tersebut terkumpul
ayat al-Qur’an untuk mengetahui antara i’ja>z dan penghapusan dan diantara
penambahan, keutamaan dan isti’a>rat, apabila kamu membaca ayat al-Qur’an
maka akan nampak ke i’ja>z sannya”.
Kemudian
dilanjutkan oleh Muhammad ibn Zaid al-Wasity (w. 603) dalam kitab I’ja>z Al-Qur’an
yang banyak mengutip isi kitab al-Ja>hid akan tetapi kitab ini tidak
sampai kepada kita. Kemudian Abdu al-Qo>hir al-Jurja>ni dalam kitab Dala>ilu
al-I’ja>z. Dilanjutkan oleh imam ar-Rumany (wafat. 384 H) dalam kitab al-i’ja>z
yang isinya mengupas segi-segi kemukjizatan al-Qur’an. Lalu disusul oleh
al-Qad}i Abu Bakar al-Baqi>lany (w. 403 H) dalam kitab I’ja>z Al-Qur’an
yang membahas tentang segi-segi kebalaghahan Al-Qur’an dan
kemukjizatannya. [9]
D. Aspek-Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an
Al-Qur’an
memiliki i’ja>z yang sangat
luar biasa dari segala segi baik dari sistematika susunan dalam mushaf, gaya
bahasa, penempatan satu kata dalam kalimat serta makna yang dikandungn dalamnya.
Adapun aspek-aspek kemukjizatan al-Quran, sebagai berikut:
1.
Al-Qur’an mengandung berita
yang ghoib yang tidak ada seorangpun mampu manandinginya[10]. Adapun berita-berita
ghoib itu, sebagai berikut:
a.
Keghaiban masa lampau,
seperti kisah Nabi Musa AS, kisah Fir’aun, as}hab al-kahfi, dan kaum ‘Ad
dan Tsamud[11]. Sebagaimana firman
Allah dalam surat al-Baqarah ayat 67 kisah Nabi Musa dan kisah Fir’aun dalam
surat al-Qas}os ayat 4.
øŒÎ)ur
tA$s%
4Óy›qãB
ÿ¾ÏmÏBöqs)Ï9
¨bÎ)
©!$#
ôMä.âßDù'tƒ
br&
(#qçtr2õ‹s?
Zots)t/
(
(#þqä9$s%
$tRä‹Ï‚Gs?r&
#Yrâ“èd
(
tA$s%
èŒqããr&
«!$$Î/
÷br&
tbqä.r&
z`ÏB
šúüÎ=Îg»pgø:$#
ÇÏÐÈ
Artinya
: dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata:
"Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?" Musa menjawab:
"Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari
orang-orang yang jahil".[12]
¨bÎ) šcöqtãöÏù Ÿxtã ’Îû ÇÚö‘F{$# Ÿ@yèy_ur $ygn=÷dr& $Yèu‹Ï© ß#ÏèôÒtGó¡o„ Zpxÿͬ!$sÛ öNåk÷]ÏiB ßxÎn/x‹ãƒ öNèduä!$oYö/r& ¾ÄÓ÷ÕtGó¡o„ur öNèduä!$|¡ÏR 4 ¼çm¯RÎ) šc%x. z`ÏB tûïωšøÿßJø9$# ÇÍÈ
Artinya:
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih
anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Sesungguhnya Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.[13]
b.
Keghaiban
masa yang akan datang, seperti kisah kemengangan Romawi setelah kekalahannya,
kasus al-Walid bin al-Mughiroh dan kasus Abu Jahal. Sebagaimana firman Allah
surat ar-Ru>m ayat 1-5 tentang kemenagan Romawi dan kekalahannya.
$O!9#
ÇÊÈ ÏMt7Î=äñ
ãPr”9$#
ÇËÈ þ’Îû
’oT÷Šr&
ÇÚö‘F{$#
Nèdur
-ÆÏiB
ω÷èt/
óOÎgÎ6n=yñ
šcqç7Î=øóu‹y™
ÇÌÈ ’Îû
ÆìôÒÎ/
šúüÏZÅ™
3
¬!
ãøBF{$#
`ÏB
ã@ö6s%
.`ÏBur
߉÷èt/
4
7‹Í³tBöqtƒur
ßytøÿtƒ
šcqãZÏB÷sßJø9$#
ÇÍÈ ÎŽóÇuZÎ/
«!$#
4
çŽÝÇZtƒ
ÆtB
âä!$t±o„
(
uqèdur
Ⓝ͓yèø9$#
ÞOŠÏm§9$#
ÇÎÈ
Artinya: Alif
laam Miim (1) Telah dikalahkan bangsa Romawi (2) Di negeri yang terdekat dan
mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (3) Dalam beberapa tahun
lagi, bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari
(kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman (4)
Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah
Maha Perkasa lagi Penyayang (5).[14]
c.
Kegaiban
masa sekarang. Terbukanaya niat busuk orang munafik dimasa Rasulullah SAW.
Sebagaimana firman Allah :
z`ÏBur
Ĩ$¨Y9$#
`tB
y7ç6Éf÷èãƒ
¼ã&è!öqs%
’Îû
Ío4quŠysø9$#
$u‹÷R‘‰9$#
߉Îgô±ãƒur
©!$#
4’n?tã
$tB
’Îû
¾ÏmÎ6ù=s%
uqèdur
‘$s!r&
ÏQ$|ÁÏ‚ø9$#
ÇËÉÍÈ
Artinya
: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia
menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya,
Padahal ia adalah penantang yang paling keras.[15]
2.
Pemberitahuan
tentang kondisi Nabi sebagai orang yang ummi, Nabi yang tidak bisa membaca
dan menulis. Begitu pula pemberitahuan menegnai kondisi beliau yang sama sekali
tidak tahu kitab-kitab terdahulu, baik tentang kisah, berita, maupun riwayat
mereka. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba menyampaikan kepada beliau
ringkasan peristiwa yang pernah terjadi, yakni persoalan besar dan sejarah yang
sangat pentng; dimulai sejak Allah menciptakan Adam as. yang mencakup permulaan
penciptaannya, persoalan yang dihadapinya hingga perbuatan yang
mengakibatkannya diusir dari surga, kemudian diterangkan secara ringkas
persoalan anak-anaknya, kondisi dan pertaubatannya. Begitu pula, dengan kisah
Ibrahim as. dan nabi-nabi yang tertulis dalam al-Qur’an. Beliau tidak mungkin
memperoleh pengetahuan seperti itu jika bukan melalui wahyu.[16]
Sebagaimana firman Allah surat al-Ankabu>t ayat 48 :
$tBur |MZä. (#qè=÷Fs? `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% `ÏB 5=»tGÏ. Ÿwur ¼çm’ÜèƒrB šÎYŠÏJu‹Î/ ( #]ŒÎ) z>$s?ö‘^w šcqè=ÏÜö6ßJø9$# ÇÍÑÈ
Artinya
: Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu
tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu
pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu).[17]
3.
Mengandung unsur balaghah yang sangat
tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahwa orang Arab pandai dalam berbahasa arab,
sastra serta membuat syi’ir-syi’ir ataupun puisi. Namun ketika mereka
dihadapkan kepada Al-Qur’an mereka tiada bandingannya. Struktur yang mengadung
mukjizat diantaranya ada yang bertumpu pada bentuk global, yakni struktur
al-Qur’an dilihat dari berbagai aspek dan penjelasan modelnya yang berada
diluar struktur kalimat yang bisa digunakan oleh orang Arab. Al-Qur’an memiliki
gaya bahasa yang istimewa; sangat berbeda dengan gaya bahasa percakapan yang
dilakukan seperti biasanya. Hal itu karena cara-cara yang digunakan kalimat
yang indah strukturnya terbagi menjadi mantra-mantra syair dengan berbagai
perbedaannya, aneka kalimat berima tak bersajak, kalimat berirama dan bersajak,
serta kalimat bebas. Melalui cara-cara ini, ketepatan dan manfaat diusahakan,
begitu pula dengan pemahaman makna yang dikemukakan dengan indah, gaya bahasa
yang tertib dan lembut.
Selain itu, bagi orang Arab tidak mungkin memiliki fas}ahah
kalimat yang demikian halus, faidah yang luar biasa, keselarasan dengan balaghah,
penggunaan istilah yang samar dan mahir yang demikian panjang dan
mencukupi. Orang-orang bijak dikalangan mereka biasanya hanya mampu membuat
kata-kata yang beragam dan sedikit lafalnya, sedangkan al-Qur’an
mengkolerasikan semuanya dan tetap terjaga fas}ahah nya.[18] Sebagaimana firman Allah surat
az-Zumar ayat 23:
ª!$#
tA¨“tR
z`|¡ômr&
Ï]ƒÏ‰ptø:$#
$Y6»tGÏ.
$YgÎ6»t±tF•B
u’ÎT$sW¨B
”Ïèt±ø)s?
çm÷ZÏB
ߊqè=ã_
tûïÏ%©!$#
šcöqt±øƒs†
öNåk®5u‘
§NèO
ßû,Î#s?
öNèdߊqè=ã_
öNßgç/qè=è%ur
4’n<Î)
Ìø.ÏŒ
«!$#
4 y7Ï9ºsŒ
“y‰èd
«!$#
“ωöku‰
¾ÏmÎ/
`tB
âä!$t±o„
4 `tBur
È@Î=ôÒãƒ
ª!$#
$yJsù
¼çms9
ô`ÏB
>Š$yd
ÇËÌÈ
Artinya:
Allah
telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang
takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada
baginya seorang pemimpinpun.[19]
4.
Al-Qur’an mengandung bermacam-macam ilmu
pengetahuan dan hikmah yang sangat mendalam. Pada hakikatnya, al-Qur’an
merupakan mukjizat dengan segala makna yang dibawakan dan dikandung oleh
lafaz}-lafaz}nya, yaitu[20]:
a.
Mukjizat dalam lafaz} dan keindahan susunan kalimat
(uslub). Maksudnya yaitu satu huruf dari al-Qur’an merupakan i’ja>z
dalam susunan kata (kalimat) dan susunan kata merupakan i’ja>z dalam jumlah
dan jumlah dalam al-Qur’an merupakan mukjizat dalam surah.
b.
Mukjizat dalam bayan (penjelasan) dan naz}am. Seorang pembaca akan menemukan gambaran hidup bagi
kehidupan, alam dan manusia. Maknanya menyingkap tabir hakikat kemanusiaan dan
pesan alam.
c.
Mukjizat dalam tasyri’ dan pemeliharaannya
terhadap hak-hak asasi manusia.
E.
Kadar
Kemukjizatan
al-Qura>an
Al-Qur’an
merupakan mukjizat nabi Muhammad SAW. Rasulullah menampakkan kemukjizatan tersebut terhadap
orang Arab yang telah menantangnya. Akan tetapi mereka tidak mampu
menandinginya padahal mereka sangat pintar dan tingkat kesastraan mereka
terhadap bahasa arab sangat tinggi. Hala ini tiada lain karena Al-Qur’an
merupakan mukjizat.
Rasulullah telah meminta orang Arab untuk menandingi Al-Qur’an. Adapun
kadar-kadar kemukjizatan al-Qur’an, yaitu[21]:
Pertama,
meminta orang Arab menantangi al-Qur’an dengan
uslub yang mencakup orang Arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin.
Sebagaimana firman Allah :
@è%
ÈûÈõ©9
ÏMyèyJtGô_$#
ß§RM}$#
`Éfø9$#ur
#’n?tã
br&
(#qè?ù'tƒ
È@÷VÏJÎ/
#x‹»yd
Èb#uäöà)ø9$#
Ÿw
tbqè?ù'tƒ
¾Ï&Î#÷WÏJÎ/
öqs9ur
šc%x.
öNåkÝÕ÷èt/
<Ù÷èt7Ï9
#ZŽÎgsß
ÇÑÑÈ
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain".[22]
Ketika itu mereka ditantantang oleh
Rasulullah untuk membuat Al-Qur’an akan tetapi mereka tidak dapat membuatnya.
Mungkin karena aspek bahasa dan tertib susunannya yang sangat tinggi.
Kedua, Rasulullah
menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari al-Qur’an. Sebagaimana firman
Allah :
÷Pr&
šcqä9qà)tƒ
çm1uŽtIøù$#
(
ö@è%
(#qè?ù'sù
ÎŽô³yèÎ/
9‘uqß™
¾Ï&Î#÷VÏiB
;M»tƒuŽtIøÿãB
(#qãã÷Š$#ur
Ç`tB
OçF÷èsÜtGó™$#
`ÏiB
Èbrߊ
«!$#
bÎ)
óOçFZä.
tûüÏ%ω»|¹
ÇÊÌÈ óO©9Î*sù
(#qç7ŠÉftFó¡o„
öNä3s9
(#þqßJn=÷æ$$sù
!$yJ¯Rr&
tAÌ“Ré&
ÄNù=ÏèÎ/
«!$#
br&ur
Hw
tm»s9Î)
žwÎ)
uqèd
(
ö@ygsù
OçFRr&
šcqßJÎ=ó¡•B
ÇÊÍÈ
Artinya:
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu",
Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang
dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar" (13)
Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka
ketahuilah, Sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan
bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada
Allah)? (14).[23]
Ketiga, mereka
tidak mampu menandingi tantangan tersebut, akhirnya Rasulullah menantang mereka
dengan satu surah saja dari al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah:
÷Pr& tbqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ou‘qÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó™$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÌÑÈ
Artinya:
Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya."
Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan
sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil
(untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar”.[24]
Kemudian
tantangan tersebut diulang lagi, sebagaimana firman Allah:
bÎ)ur
öNçFZà2
’Îû
5=÷ƒu‘
$£JÏiB
$uZø9¨“tR
4’n?tã
$tRωö7tã
(#qè?ù'sù
;ou‘qÝ¡Î/
`ÏiB
¾Ï&Î#÷VÏiB
(#qãã÷Š$#ur
Nä.uä!#y‰ygä©
`ÏiB
Èbrߊ
«!$#
cÎ)
öNçFZä.
tûüÏ%ω»|¹
ÇËÌÈ
Artinya:
dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.[25]
Ayat ini merupakan tantangan bagi
mereka yang meragukan tentang kebenaran al-Qura>n. Dan al-Qur’an itu tidak
dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastra dan bahasa karena ia
merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW.
Semenjak itu, orang Arab yang sombong
dan congkak tidak sanggup dan tidak berdaya lagi untuk menantangnya. Sehingga mereka meyakini bahwa al-Qur’an betul-betul
sebuah mukjizat bagi Nabi Muhammad tanpa harus ada
keraguan lagi.
Adapun kadar kemukjizatan al-Qur’an menurut
Muktazilah ialah al-Qur’an secara keseluruhan bukan bagian-bagiannya. Kaum
Muktazilah sebagaimana kita ketahui ia lebih menonjolkan penalaran akal daripada emosi keagamaan.
Mereka menyimpulkan bahwa kadar yang melemahkan itu ialah keseluruhan al-Qur’an
bukan secara parsial sebab gaya bahasa dari masing individu berbeda-beda. Dari
itu manusia tidak mampu menandingi dan meniru gaya al-Qur’an, melainkan
kemampuan mereka sebelum menantang al-Qur’an telah dipalingkan terlebih dahulu
kepada yang lain.[26]
Jika demikian halnya, maka
yang memiliki daya I’ja>z dalam hal ini bukanlah al-Qur’an melainkan ada intervensi pihak lain yang membuat orang tidak
mampu menantangnya. Dengan demikian, bukan suatu yang aneh jika mereka
mengatakan bahwa yang mu’ji>z ialah al-Quran secara keseluruhan bukan
secara parsial.[27]
Pendapat kedua, bahwa kadar
kemukjiza>tan al-Qur’an itu tidak harus
secara keseluruhan melainkan kurang dari satu suratpun dapat menjadi mukjizat.
Penulis cendrung setuju dengan pendapat yang kedua karena sebagaimana yang kita
ketahui di atas bahwasannya al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang
tinggi, mengandung hikmah dan ilmu pengetahuan.
F.
Paham As-S}arfah Dalam Al-Qur’an
Sebagaimana
penjelasan diatas bahwa kemukjizatan al-Qur’an itu memiliki aspek bahasa atau balaghah
yang sangat tinggi. Kaum Muktazila#h berpendapat bahwa manusia tidak mampu
menyusun semacam al-Qur’an, hal ini disebakan bukan karena keistimewaan al-Qur’an
akan tetapi disebabkan ada unsur campur tangan Allah dalam menghalangi manusia
membuat al-Qur’an. Paham inilah yang dinamakan dengan dengan mukjiza>t as-S}arfah.
Kata
as-S}arfah berasal dari kata s}arafa (صرف) yang berarti
memalingkan, dalam artian Allah memalingkan manusia dari macam upaya membuat
semacam al-Qur’an, andai saja Allah tidak memalingkan manusia, maka manusia
akan mampu membbuat al-Qur’an. Dengan kata lain, kemukjiza>tan al-Qur’an
lahir dari factor eksternal bukan dari factor al-Qur’an sendiri (mukjiza>t bi
al-dza>t).[28]
Cara Allah memalingkan manusia, sebagai berikut:
1. Semangat mereka untuk menantang dilemahkan oleh Allah.
2. Cara Allah memalingkan mereka dengan mencabut
pengetahuan dan rasa bahasa yang mereka miliki. Walaupun mereka memiliki bahasa
yang sangat tinggi mereka tidak akan dapat menandingi al-Qur’an.
Menurut
Murtad}a, makna al-s}irfah ialah Allah mencabut ilmu-ilmu yang
diperlukan untuk menantangi al-Qur’an. Maka kelemahan orang-orang Arab bukanlah
karena mereka tidak mempunyai kesanggupan untuk menantangi al-Qur’an. Tetapi
kadar yang Allah tetapkan, itulah yang melemahkan mereka. Sedangkan menurut
an-Nad}am, al-s}irfah yakni Allah memalingkan orang Arab dari menantangi
al-Qur’an, padahal mereka sanggup menantanginya. Allah memalingkan mereka,
itulah yang dikatakan menyalahi adat (kebiasaan). Segolongan ulama berpendapat
bahwasannya al-Qur’an mukjizat dengan balaghahnya yang belum ada tandingannya.
Demeikianlah pendapat ahli-ahli bahasa Arab dan ahli-ahli sastra.[29]
Terlepas dari setuju atau tidak
setuju terhadap pemalingan mukjizat al-Qur’an. penulis kurang
sepakat jika al-Qur’an dikatakan dengan bi
as-S}arfah. Karena sebagaimana kita ketahui al-Qur’an merupakan mukjiza>t Al-Qur’an yang sangat luar biasa. Sebenarnya
manusia memiliki kekuatan dan sastra yang tinggi akan tetapi mereka tidak akan
mampu melakukannya karena keterbatasan akal pikiran.
BAB III
PENUTUP
Itulah sekelumit pembahasan
tentang kemukjizatn al-Qur’an. Penulis dapat
menyimpulkan bahwa al-Qur’an merupakan mukjizat
yang diberikan Nabi Muhammad, yang kaya akan keindahan bahasa, baik dari segi i’ja>z, balaghah,
tasybi>h, istia.rah, dan mencakup segala ilmu pengetahuan yang tiada bandingannya. Sepintar-sepintarnya
manusia, ia tidak akan mampu menandingi al-Qur’an. Oleh sebab itu, al-Qur’an hingga saat
ini masih tetap terpelihara dan terjaga keasliannya. Sebagaimana firman Allah
dalah surat al-Hijr ayat 9:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨“tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
Artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan Sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.
Demikianlah yang dapat penulis
sampaikan. Mohon maaf atas segala kesalahan kepada seluruh pihak. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan sarannya guna perbaikan makalah selanjutnya. Trimaksih
dan semoga bermanfaat. Amin.
.
DAFTAR PUSTAKA
Al-A’zami}, M.M, The
History The Qur’a>nic Text From Revelation To Compilation. Jakarta: Gema Insani, 2005.
Ash-Shiddieqy,
M. Hasbi, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Bulan bintang, 1972.
Al-Qatta>n, Manna> Maba>hith
Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an. Manshu>ra>t al-‘As} al-Hadith, 1990.
Al-Qur’an al-Kari>m.
Al-S}o>lih, S}ubhi, Maba>hith fi
Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Ilmi, 1988.
Al-Suyuti
, Jalaluddin, al-Itqa>n fi Ulu>m Al-Qur’an. Beiru>t: Dar
al-Fikr, 2008.
Boullata
, Issa J., Al-Qur’an Yang Menakjubkan. Jakarta: Lentera Hati, 2008.
Baidan,
Nashruddin, Wawasan Baru ilmu Tafsir. Yogyakarta:Pustka Pelajar, 2011.
Iqbal,
Mashuri Sirojuddin, dkk, Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Angkasa, 1993.
Jalal,
Abdul, Ulumul Qur’a>n. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
RI,
Perpustakaan Nasional, “Mukjizat”, Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah Dalam Al-Qur’an
dan Sunnah. Vol.1, ed. Ahsin Sakho Muhammad, et al. Jakarta: PT Kharisma
Ilmu, 2009.
Salim,
Fahmi, Kritik Terhadap Studi Al-Qur-a>n Kaum Liberal. Jakarta: Gema Insani, 2010
Shihab,
M. Quraish,
Mukjizat Al-Quran. Bandung: Mizan,
1998.
[1] Nashruddin Baidan, Wawasan
Baru ilmu Tafsir, (Yogyakarta:Pustka Pelajar, 2011), 118.
[3] Manna>
al-Qatta>n, Maba>hith Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, (Manshu>ra>t
al-‘As} al-Hadith, 1990), 257.
[4] Perpustakaan Nasional
RI, “Mukjizat”, Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah Dalam Al-Qur’an dan Sunnah, Vol.1,
ed. Ahsin Sakho Muhammad, et al. (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2009), 17.
[5]
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1998), 25.
[6] Mashuri Sirojuddin Iqbal, dkk, Pengantar
Ilmu Tafsir, (Bandung: Angkasa, 1993), 268.
[8]Abdul Jalal, Ulumul
Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 270.
[9]S}ubhi al-S}o>lih, Maba>hith
fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ilmi, 1988), 314.
[10]Jalaluddin al-Suyuti, al-Itqa>n
fi Ulu>m Al-Qur’an, (Beiru>t: Dar al-Fikr,2008), 610.
[11] M. Quraish Shihab, Mukjizat
Al-Quran, 196.
[12] Al-Qur’an, 2: 67.
[13] Ibid., 28: 4.
[14] Ibid., 30: 1-5.
[15] Ibid., 2: 204.
[16] Issa J. Boullata, Al-Qur’an
Yang Menakjubkan, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), 116.
[17] Ibid., 29: 48.
[20] Manna>
al-Qatta>n, Maba>hith Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 377.
[21] Manna>
al-Qatta>n, Maba>hith Fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 372.
[22] Al-Qur’an, 17: 88
[23] Ibid., 11: 13-14.
[24] Ibid., 10: 38.
[25] Ibid., 2: 23.
[27] Nashruddin Baidan, Wawasan
Baru ilmu Tafsir, 127
[28] M. Quraish Shihab, Mukjizat
Al-Quran, 158.
[29] M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an, 314.
Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
BalasHapusjelaskan pengertian mukjizat dan irhas Sejarah diturunkannya Al Quran Ufa Bunga SMartphone